Air
adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup. Bila terjadi
kekurangan/kelangkaan air untuk keperluan hidup dan penghidupan, Islam
menganjurkan shalat Istisqa, yaitu shalat dalam rangka memohonkan kepada Allah
untuk diturunkan hujan.
Cara
shalat Istisqa (Kaifiyat) ada dua macam :
A. Cara Pertama
Dijelaskan
dalam suatu riwayat :
Telah
berkata ‘Aisyah : “Orang-orang telah
datang mengadu kepada Rasulullah saw. tentang ketiadaan hujan, maka Rasulullah
saw. memerintahkan menyimpan mimbar, lalu mereka meletakkan mimbar itu di
lapangan tempat shalat dan Rasulullah saw. tentukan satu hari buat manusia
supaya keluar ke tempat shalat itu. Maka pada hari yang ditentukan, Rasulullah
saw. keluar pada waktu terbit matahari, lalu beliau duduk di atas mimbar,
lantas bertakbir dan memuji Allah ‘Azza wa jalla, kemudian beliau bersabda ‘Sesungguhnya
kalian mengadu kekeringan negeri dan kelambatan turun hujan dibanding waktu
yang biasa, padahal Allah ‘Azza wa jalla telah memerintahkan supaya kamu meminta
kepada-Nya dan Ia janji akan memperkenankan permintaan kamu’. Kemudian beliau
membaca : ‘Allahamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin.. balaaghan ilaa hiin’, kemudian
beliau angkat dua tangan dan tetap mengangkat tangannya hingga kelihtan
ketiaknya, lalu beliau membalikkan punggungnya membelakangi orang banyak,
beliau memindah selendangnya dan tetap mengangkat kedua tangannya, kemudian
beliau menghadap orang ramai, lalu beliau turun dan beliau shalat dua raka’at,
lantas Allah adakan awan dan guruh dan kilat, lalu hujan dengan izin Allah.”
(Hadits Riwayat AbuDawud)
Kesimpulan dari
riwayat :
1. Cara shalat istisqa itu dua raka’at, tempatnya
di lapangan dengan berjama’ah.
2. Cara shalat istisqa, Nabi saw. Keluar ke tempat
shalat itu pada waktu naik matahari.
3. Cara shalat istisqa, Ada khutbah, tapi tanpa duduk
sebentar, seperti khutbah shalat jum’at.
4. Cara shalat istisqa, khatib boleh
berselang-seling menghadap dan membelakangi jama’ah dan khatib boleh memakai
dan membalikkan selendang sebelah belakang menjadi sebelah depan, dengan
mengharap supaya keadaan jadi berubah. Ini termasuk masalah ta’abbudi.
5. Cara shalat istisqa, angkat tangan
tinggi-tinggi ketika berdo’a, merendah diri, bersungguh-sungguh meminta kepada
Allah swt.
“Segala puji bagi
Allah, Rabb semesata alam, Yang Maha Pengasih dan Yang Maha Penyayang. Penguasa
Hari Pembalasan. Tiada Tuhan kecuali Allah yang berbuat menurut kehendak-Nya.
Ya Allah, Engkaulah Allah, Engkau Maha Kaya dan kami faqir. Turunkanlah hujan
kepada kami dan jadikanlah yang Engkau turunkan kepada kami itu kekuatan dan
perbekalan yang cukup sampai waktu yang tertentu. Ya Allah, tumbuhkanlah
tanam-tanaman bagi kami, limpahkanlahsusu ternak kami, berilah kami barakah
dari langit dan tumbuhkanlah barakah dari bumi bagi kami. Ya Allah, angkatlah
kesulitan, kelaparan dan kebinasaan dari kami. Hilangkanlah bala bencana dari
kami karena tidak ada yang akan menghilangkannya kecuali Engkau. Ya Allah, sesungguhnya
Engkau Maha Pengampun, maka turunkanlah hujan dari langit sebanyak-banyaknya.” (Hadits Riwayat Abu
Dawud)
B. Cara Kedua
Telah
berkata Anas : “Sesungguhnya telah masuk
seorang laki-laki ke masjid pada suatu hari Jum’at pada waktu Rasulullah saw. sedang
berdiri berkhutbah. Maka ia menghadap Rasulullah saw. sambil berdiri, lalu
berkata : ‘Ya Rasulullah, telah binasa binatang-binatang dan putsu pelayaran.
Mintalah supaya Allah hujani kami’. Maka Rasulullah pun mengangkat kedua
tangannya, lalu berdo’a : Allahumma aqhitsnaa, allahumma aqhitsnaa! Kemudian
turun hujan’.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Telah berkata Ibnu ‘Abbas : “Telah datang seorang Arab gunung kepada Nabi saw., lalu ia berkata : ‘Ya
Rasulullah, saya datang dari suatu kaum yang kekeringan tumbuh-tumbuhan dan
keputusan air’. Maka Nabi pun naik ke atas mimbar, lalu memuji Allah, lantas
berdo’a : ‘Ya Rabb kami, cucurkanlah atas kami hujan yang bisa melepaskan, yang
berlapis-lapis, yang menyuburkan, yang rata dan lebat, dengan cepat tidak
lambat’. Lalu beliau turun. Sesudah itu tidak ada seorangpun datang dari
desa-desa itu melainkan berkata : ‘Sesungguhnya hiduplah kami’.” (Hadits
Riwayat Ibnu Majah)
Kesimpulan
dari dua hadits di atas :
1. Mintalah hujan
pada hari Jum’at itu tidak perlu dilakukan dengan cara shalat dan khutbah.
2. Mintalah hujan itu boleh dengan cara berdo’a di
atas mimbar saja.
Sumber
: Habib Hasan bin Ahmad Al-Mahdaly (Radio Dakta 107.0 FM)
Bismillahirrahmanirrahim
BalasHapusterimakasih kang ilmu tata cara shalat istisqa nya.
terimakasih gan sangat bermanfaat .. ditunggu kunjungan baliknya yaa di www.koraninformasi.com
BalasHapusсамая дешовая пленка для окон
BalasHapus